9

Pertahankan Tradisi, Pusaka Keraton Sumenep Dijamas

Pertahankan Tradisi, Pusaka Keraton Sumenep Dijamas
Pertahankan Tradisi, Pusaka Keraton Sumenep Dijamas

Sumenep, Madura Update – Pandemi Covid-19 yang sedang melanda saat ini tidak mematahkan semangat masyarakat di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, untuk mempertahankan tradisi jamasan pusaka keraton dan leluhur.

Berlangsung di Buju’ Agung Desa Aeng Tongtong, tradisi jamasan ini berlangsung sakral dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, Senin (16/8/2021).

Berdasarkan pantauan di lokasi, acara penjamasan dimulai sekitar pukul 09.20 WIB. Sebelum masuk ke lokasi acara, para undangan yang hadir diharuskan memakai masker, menggunakan hand sanitizer serta menjaga jarak dengan undangan yang lain.

Baca Juga :  Jelang Kunjungan Kapolri dan Panglima TNI, Kapolda Jatim dan Pangdam V Brawijaya Tinjau Sumenep

Sanamo, salah satu Mpu keris di Desa Aeng Tongtong, mengatakan, jamasan pusaka keraton dan leluhur adalah tradisi turun temurun yang harus dilestarikan. Sehingga, meski di masa pandemi, jamasan pusaka tetap dilakukan dengan menyesuaikan prokes pencegahan Covid-19.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya, prosesi jamasan ini diikuti oleh semua lapisan masyarakat. Tapi karena sekarang lagi pandemi, prosesi tahun ini terbatas untuk kalangan komunitas saja,” kata Mpu Sanamo.

Ia menjelaskan, prosesi jamasan keris diawali dengan pengumpulan air dari tujuh sumur kuno pada tanggal 1 Muharram. Air sumur kuno itu ada di berbagai tempat. Misalnya di Lembung, Langsar, Talang, dan juga air dari Keraton Sumenep. Air tersebut kemudian dicampur dengan kembang tujuh rupa.

“Tujuh air sumur dan tujuh warna kembang itu disatukan. Makna dari tujuh itu melambangkan kehidupan. Misalnya, tujuh langit, tujuh bumi, dan tujuh masa. Semua itu diajarkan oleh nenek moyang kami,” jelasnya.

Baca Juga :  75 Pejabat Administrator di Sumenep Dimutasi, Berikut Daftarnya

Selain itu, ada pengharum yang sengaja diambilkan dari Keraton Sumenep yakni dupa atau kemenyan keraton.

“Proses pelaksanaan jamasan keris atau pusaka lainnya juga dilakukan pada tujuh Suro yang merupakan perlambang kehidupan manusia,” imbuhnya. (zie/kara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *